Sabtu, 27 November 2010

Biarkan Aku Memuji dikau hai Istriku...

oleh Ismet Soelaiman pada 19 Oktober 2010 jam 17:13
 
ketika dikau mulai terlelap..dan segala keheningan menyapa..
hentakan tuts keyboard ku pun melemah...
secangkir kopi telah kau sediakan.., juga sarung dan jaket...
dan malam semakin larut...

kucoba menulis lagi...merangkai yang terbengkalai...
rekam jejak yang terlewati...
aku kehilangan kata...itu ucap ku beberapa hari kemarin padamu...
dan kau pun sayu...

cita, asa dan juga harap.., senantiasa tetap tumbuh terjaga...
tentang perubahan..tentang daulat rakyat kuasa...
meski fitnah dan amarah, jua terus mendera kehidupan kita...
segelintir orang...yah hanya mereka berdua yang terus menggembosi..
berusaha menaikkan citra diri..sebagai pahlawan...
di atas penderitaan dan perjuangan warga Buyat...
dan...Kau dan aku istriku...
yang bersalah atas kegagalan itu...
menjadi penghianat atas keringat, darah dan air mata yang sempat tercucurkan...
di sana..di teluk yang sempat kita diami beberapa waktu...

tak mau kupanjang lebar...namun, sedih juga melihat dikau senantiasa digerogoti...
digerogoti dengan permintaan klarifikasi dari "kawan" bukan "teman" dekat kita...
ku pun mengalaminya istriku yang baik...
dijauhi..bahkan ditinggalkan beberapa kawan dekat...
menjadi linglung dengan sapaan kemunifikan yang dipaksakan dalam forum yang sempat kuhadiri...
namun.., tak apa istriku...
terkadang memang sudah seperti inilah hidup...
dan kita mesti jalani...
jangan biarkan padam, bara cita, asa dan harap akan lahirnya perubahan...
jangan...jangan pernah...
teruslah pupuk dan semaikan ia...jaga dan teruslah merawatnya...
sebab...hanya satu keinginan mereka berdua...
kau dan aku istriku...lari meninggalkan segala yang pernah kita citakan...
bergabung pada ritme hidup kaum pecundang...

bagiku...
sudah cukup nasi yang dikau tanak tuk sajian di meja makan...
dan secangkir kopi pahit, di meja kerjaku...
cukup pula bagiku, melihat mu senantiasa membaca koran di pagi hari dan kompas di saat sore menjelang..
melantunkan suara merdumu serta bergitar dengan ku di beranda kantor kala malam telah tiba...
berdiskusi dan berdebat tentang kerja-kerja gerakan yang sedang kita bangun...
semua itu sudah sangat teramat lebih dari cukup, untuk tugas seorang istri yang kau hadiahkan padaku...
Tak perlu bagiku segala keraguan mereka atas fitnah yang digulirkan padamu..juga aku..
kau dan aku...

Istriku yang baik...
Anugrah Tuhan yang indah buatku...
marilah kita terus berjalan...
berjalan hanya dengan diam...
meski Tuhan, kata Gunawan Muhamad, terkadang tak bersahabat dengan Diam...
..................................................................................................
Bukankah kau dan aku senantiasa percaya hai istriku...
bahwa Tuhan senantiasa tidak hanya sang Maha Kebisuan...

lelap...
kau semakin terbuai dalam tidurmu...
dan, rangkaian kata ini mulai berakhir...
dalam labirin kehidupan malam...
Biarkan aku memuji dikau, hai istriku...
Aku adalah suamimu...

........................................................................................tepat di kaki Gamalama, 14 oktober 2010...........
........................................................................................Untuk mu istriku "Lita" yang baik, tetap rawat bara itu...
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar