Sabtu, 27 November 2010

Pagi bersama Abah Pemulung

oleh Ismet Soelaiman pada 10 Juli 2010 jam 22:09
 
Dengan wajah ceria, dipanggulnya karung plastik yang berukuran besar...
Pagi itu, jumat 08 juli 2010, warga Malifut sementara mempersiapkan diri tuk hearing dengan DPRD HALUT.
Sendiri, kubaca koran pagi...
di Ternate, kantor yang senantiasa kosong tanpa staf di pagi hari...

ia lewat...
Abah sang pemulung plastik...
jari-jari tangannya pokol...
terlihat, bekas tergerus ganasnya kusta...

berhenti sejenak...
menatapku...
tidak...
bukan menatap ku...tetapi 2 botol air kemasan yang telah kosong...
yah..itulah yang ditatapnya...

tertunduk...
mengais dedaunan di depan pagar kantor...
menatap lagi...
kali ini dengan tatapan ragu...

ia kupanggil masuk...
enggan ia melangkah...ragu...
silahkan diambil abah...
silahkan...ucapku...

senyum...
ia tersenyum...
Sang Abah yang mengaku merantau dari ambon...
kini usianya telah memasuki paruh 60-an...

Kuberikan secangkir kopi...
tak ia sentuh...

terima kasih...
saya hanya butuh botol kosong ini...
ucapnya...

berapa harga sekilo plastik-plastik itu abah...
tanyaku...

seribu rupiah...
jawabnya...

sontak, air dalam mulutku muncrat...
seribu rupiah ucapku mengulangi...

berapa anaknya Abah...
tanyaku lagi...

satu, cewe. masih kecil umur 11 tahun...
jawabnya...
tersenyum...
yah senyuman yang indah penuh keikhlasan...

saya permisi...
terimakasih...

ia berlalu, tanpa menyentuh cangkir kopi yang kusajikan untuknya...
seribu rupiah, untuk sekilo plastik yang ia kumpulkan...
kucoba menghitung, berapa jumlahnya jika karung plastik ukuran big itu penuh dengan botol air kemasan yang kosong...
tak sampai 10 kilo...

saya hanya mencari sampai tengah hari...
biasanya dapat botol air kemasan yang masih berisi...
juga beberapa rejeki yang terkumpul dijalanan...
belum terlalu kotor, dan sayang kalau dibiarkan percuma membusuk dimakan ulat...
kisahnya tadi sebelum berlalu...

seribu sekilo...
berapa yang ia dapatkan dalam sehari...
itulah tanya awal yang mengundang kegelisahanku...

betapa congkaknya daku ini...
dipagi hari, kocekku sering bolong 15-an ribu, hanya untuk rokok, kopi dan kue...
tengah hari bisa sampai 20-an ribu untuk makan dan minuman dingin...
sore hari, 10 ribuan hanya untuk pisang goreng dan segelas kopi suset...
malam hari 20-an ribu untuk nasgor ditambah sebungkus lagi rokok...

hebat...
betapa congkaknya daku ini....
sementara sang abah pemulung tadi...
dalam sehari, 10 ribuan belum tentu ia gapai...
tapi ia tetap tersenyum...
senyum yang indah penuh keikhlasan...

aku hanya butuh botol plastik kosong ini...
bukan secangkir kopi...
sederhana memang...
namun dalam penuh kebijakan...

teringat pesan almarhum ayahandaku...
orang punya-orang punya...
ngana punya-ngana punya...
....................................
hanya untuk bilang,
jangan serakah anakku !!!
sederhana...
tapi dalam dan bijak...

(Bersama abah pemulung, jumat 08 juli 2010, pagi hari yang cerah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar