Sabtu, 27 November 2010

- Yang Terhempas dan Mulai Usang -

oleh Ismet Soelaiman pada 23 Maret 2009 jam 11:19
 
Pada awalnya adalah kebimbangan..., bimbang akan nasib yang senantiasa diolah sang waktu...
Sang waktu yang selalu dan selalu menggerogoti relung hening katak sadaran-ku...
Ketak sadaran yang menghempas ku ke ruang hampa kenikmatan semu...
Semu...yang adalah labirin kehidupan...

Akhirnya kutemukan kembali kepingan nadi jati diri yang sempat muspra dibungkus buih buih ke khilafan...
Se'ongok khilaf yang disengaja...
Aku Menulis lagi...

Hari ini, ada yang masih seperti hari kemarin...
Kemarin adalah tanya yang tak jua sempat terjawab...
Jawaban akan keresahan dan galau hati pada ritme sang waktu...
Sang waktu yang ganas menggilas...
Gilas segala kejayaan masa yang terlewat...
Kejayaan ???
Yah...Hanya Sekedar kejayaan semu...

Aku menulis lagi...
Aku...
Yang Terhempas dan mulai usang...
Usang dijilat sang waktu...

(Senin, 23 mart 09...hari yang serba tak pasti) 

Nestapa Yang Usang

oleh Ismet Soelaiman pada 05 Juni 2010 jam 3:34
 
Telah larut kutulis penggalan asa ini..
Pagi sebentar lagi kan jelang..
hujan baru saja reda...
Dan kau telah lelap..

Hening...Sepi...Senyap...
Kaulah yang pertama...
demikian lantunan bait dari suara berat Romeo..
perlahan mengusik 1/4 pagi..
kepulan asap masih jua kuhembus..
satu...satu...satu...

Jazirah kecil ini...
Yang dipaksakan untuk menjadi sejuta jumlah penduduknya oleh badan statistik...
semakin ramai dengan kunjungan para petinggi (termasuk Militer) dari Jakarta...juga Amerika...
Disana sini terdengar decak kagum dan puja puji pejabat lokal...
juga riskannya, termasuk beberapa akademisi dan intelektual lokal...
Ini adalah sebuah kebanggaan..
mungkin demikian hayal mereka...

Sementara media lokal tak pernah meliriknya dari sudut tanya...
Ada apa gerangan...
Ada apa...

Mereka menyambut dengan gegap gempita...
segelintir orang yang telah menjarah dan memperkosa kesucian Bunda Halmahera...
Mereka bangga menyambut...mereka bangga...

Yah, mereka bangga...
Karena mereka jauh dari warga Haltim yang dirampas tanahnya...
Warga Gebe yang di keringkan daratannya...
Warga Halut yang di racuni tanah dan sumber-sumber kehidupannya...
Yah, mereka menyambut dengan bangga...
Segelintir orang yang melegitimasi kebiadaban itu...

Mereka memang terlampau jauh dan tak peduli
dengan para korban lumpur lapindo...
Warga Buyat Pante yang tergusur dari kampung halamnnya...
mereka terlampau jauh...
juga terlampau tuli dan buta...
tuk mendengar jeritan pilu para korban...
tuk melihat beratnya beban hidup yang mesti ditanggung...
untuk setiap inci kebiadaban itu...

Nestapa negeri ini...
Nestapa Jazirah Al-Mulk...
Masihlah...
Nestapa yang Usang...

- Refleksi Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2010 -
(Itevsky)

Iseng :p

oleh Ismet Soelaiman pada 10 Juli 2010 jam 21:02
 
Tepat dihadapanku saat tadi...
seorang wanita dengan body sintal,
jeans ketat,
kaos hitam yang juga ketat,
Tanpa pelapis,
Sesekaliu menunduk,
menampilkan sepenggal belahan yang ranum,
dengan dihiasi rambut-rambut halus,
berjejer rapi,
seolah menawarkan diri tuk...
dielus...
hanya sesekali...
namun membekas...

dia, mungkin juga mereka...
para belia yang cantik dan montok itu...
mungkin lupa...
bahwa, hayal dan imaji,
tak terbatas ruang dan waktu...
bisa mengembara...
hingga ke pedalaman
yang paling terlarang...

semuanya ingin dipamerkan..
sebab kebaya itu kaku dan kuno...
tidak trendy...
yang tertutup itu tak seksi
dan..
tak seksi itu
tak gaul...
maka beramai-ramailah mereka bunting..
di usia dini...

salahkah itu...
salahkah mereka...
salahkah sang penghayal...
salahkah sang pengarang...

entahlah...
bukankah kini saatnya era keterbukaan ???
maka...
marilah kita saling buka-bukaan...

(catatan iseng, 10 juli 2010, depan ternate Mall...barusan saja banyak gadis cantik, yang masih belia juga seksi dan terbuka :p)

Pagi bersama Abah Pemulung

oleh Ismet Soelaiman pada 10 Juli 2010 jam 22:09
 
Dengan wajah ceria, dipanggulnya karung plastik yang berukuran besar...
Pagi itu, jumat 08 juli 2010, warga Malifut sementara mempersiapkan diri tuk hearing dengan DPRD HALUT.
Sendiri, kubaca koran pagi...
di Ternate, kantor yang senantiasa kosong tanpa staf di pagi hari...

ia lewat...
Abah sang pemulung plastik...
jari-jari tangannya pokol...
terlihat, bekas tergerus ganasnya kusta...

berhenti sejenak...
menatapku...
tidak...
bukan menatap ku...tetapi 2 botol air kemasan yang telah kosong...
yah..itulah yang ditatapnya...

tertunduk...
mengais dedaunan di depan pagar kantor...
menatap lagi...
kali ini dengan tatapan ragu...

ia kupanggil masuk...
enggan ia melangkah...ragu...
silahkan diambil abah...
silahkan...ucapku...

senyum...
ia tersenyum...
Sang Abah yang mengaku merantau dari ambon...
kini usianya telah memasuki paruh 60-an...

Kuberikan secangkir kopi...
tak ia sentuh...

terima kasih...
saya hanya butuh botol kosong ini...
ucapnya...

berapa harga sekilo plastik-plastik itu abah...
tanyaku...

seribu rupiah...
jawabnya...

sontak, air dalam mulutku muncrat...
seribu rupiah ucapku mengulangi...

berapa anaknya Abah...
tanyaku lagi...

satu, cewe. masih kecil umur 11 tahun...
jawabnya...
tersenyum...
yah senyuman yang indah penuh keikhlasan...

saya permisi...
terimakasih...

ia berlalu, tanpa menyentuh cangkir kopi yang kusajikan untuknya...
seribu rupiah, untuk sekilo plastik yang ia kumpulkan...
kucoba menghitung, berapa jumlahnya jika karung plastik ukuran big itu penuh dengan botol air kemasan yang kosong...
tak sampai 10 kilo...

saya hanya mencari sampai tengah hari...
biasanya dapat botol air kemasan yang masih berisi...
juga beberapa rejeki yang terkumpul dijalanan...
belum terlalu kotor, dan sayang kalau dibiarkan percuma membusuk dimakan ulat...
kisahnya tadi sebelum berlalu...

seribu sekilo...
berapa yang ia dapatkan dalam sehari...
itulah tanya awal yang mengundang kegelisahanku...

betapa congkaknya daku ini...
dipagi hari, kocekku sering bolong 15-an ribu, hanya untuk rokok, kopi dan kue...
tengah hari bisa sampai 20-an ribu untuk makan dan minuman dingin...
sore hari, 10 ribuan hanya untuk pisang goreng dan segelas kopi suset...
malam hari 20-an ribu untuk nasgor ditambah sebungkus lagi rokok...

hebat...
betapa congkaknya daku ini....
sementara sang abah pemulung tadi...
dalam sehari, 10 ribuan belum tentu ia gapai...
tapi ia tetap tersenyum...
senyum yang indah penuh keikhlasan...

aku hanya butuh botol plastik kosong ini...
bukan secangkir kopi...
sederhana memang...
namun dalam penuh kebijakan...

teringat pesan almarhum ayahandaku...
orang punya-orang punya...
ngana punya-ngana punya...
....................................
hanya untuk bilang,
jangan serakah anakku !!!
sederhana...
tapi dalam dan bijak...

(Bersama abah pemulung, jumat 08 juli 2010, pagi hari yang cerah)

Biarkan Aku Memuji dikau hai Istriku...

oleh Ismet Soelaiman pada 19 Oktober 2010 jam 17:13
 
ketika dikau mulai terlelap..dan segala keheningan menyapa..
hentakan tuts keyboard ku pun melemah...
secangkir kopi telah kau sediakan.., juga sarung dan jaket...
dan malam semakin larut...

kucoba menulis lagi...merangkai yang terbengkalai...
rekam jejak yang terlewati...
aku kehilangan kata...itu ucap ku beberapa hari kemarin padamu...
dan kau pun sayu...

cita, asa dan juga harap.., senantiasa tetap tumbuh terjaga...
tentang perubahan..tentang daulat rakyat kuasa...
meski fitnah dan amarah, jua terus mendera kehidupan kita...
segelintir orang...yah hanya mereka berdua yang terus menggembosi..
berusaha menaikkan citra diri..sebagai pahlawan...
di atas penderitaan dan perjuangan warga Buyat...
dan...Kau dan aku istriku...
yang bersalah atas kegagalan itu...
menjadi penghianat atas keringat, darah dan air mata yang sempat tercucurkan...
di sana..di teluk yang sempat kita diami beberapa waktu...

tak mau kupanjang lebar...namun, sedih juga melihat dikau senantiasa digerogoti...
digerogoti dengan permintaan klarifikasi dari "kawan" bukan "teman" dekat kita...
ku pun mengalaminya istriku yang baik...
dijauhi..bahkan ditinggalkan beberapa kawan dekat...
menjadi linglung dengan sapaan kemunifikan yang dipaksakan dalam forum yang sempat kuhadiri...
namun.., tak apa istriku...
terkadang memang sudah seperti inilah hidup...
dan kita mesti jalani...
jangan biarkan padam, bara cita, asa dan harap akan lahirnya perubahan...
jangan...jangan pernah...
teruslah pupuk dan semaikan ia...jaga dan teruslah merawatnya...
sebab...hanya satu keinginan mereka berdua...
kau dan aku istriku...lari meninggalkan segala yang pernah kita citakan...
bergabung pada ritme hidup kaum pecundang...

bagiku...
sudah cukup nasi yang dikau tanak tuk sajian di meja makan...
dan secangkir kopi pahit, di meja kerjaku...
cukup pula bagiku, melihat mu senantiasa membaca koran di pagi hari dan kompas di saat sore menjelang..
melantunkan suara merdumu serta bergitar dengan ku di beranda kantor kala malam telah tiba...
berdiskusi dan berdebat tentang kerja-kerja gerakan yang sedang kita bangun...
semua itu sudah sangat teramat lebih dari cukup, untuk tugas seorang istri yang kau hadiahkan padaku...
Tak perlu bagiku segala keraguan mereka atas fitnah yang digulirkan padamu..juga aku..
kau dan aku...

Istriku yang baik...
Anugrah Tuhan yang indah buatku...
marilah kita terus berjalan...
berjalan hanya dengan diam...
meski Tuhan, kata Gunawan Muhamad, terkadang tak bersahabat dengan Diam...
..................................................................................................
Bukankah kau dan aku senantiasa percaya hai istriku...
bahwa Tuhan senantiasa tidak hanya sang Maha Kebisuan...

lelap...
kau semakin terbuai dalam tidurmu...
dan, rangkaian kata ini mulai berakhir...
dalam labirin kehidupan malam...
Biarkan aku memuji dikau, hai istriku...
Aku adalah suamimu...

........................................................................................tepat di kaki Gamalama, 14 oktober 2010...........
........................................................................................Untuk mu istriku "Lita" yang baik, tetap rawat bara itu...
 

:: sekedar bernostalgia ::

oleh Ismet Soelaiman pada 15 Oktober 2010 jam 3:02
 
Sekam kan nyala...karena bara tak pernah padam..
dan generasi pun berganti...
bara itu..bara yang lahir di pondok kayu...
tiap jam 03 subuh...mesin-mesin pabrik kan ribut...
dan ritme kehidupan pun dimulai..
dari sebuah pabrik tahu...tempat tinggal kami..
kala itu...
kala Rezim sangat mutlak berkuasa...

jam 03 subuh...dan papan-papan reyot kan ber geretak...
Memuai, kata sahabatku...
sementara riuh rendah pedagang kecil, senantiasa meramaikan suasana...
mengatur perlengkapan dagang mereka, di sepeda jengki...
dan menjajakannya...
kami hidup bersama mereka...
tapi hanya om Didi yang mampu menjadi bagian dari mereka...

Malfin menjadi Pekerja pemerintah...
Demikian pula Japra...
Andaman masih melanglang buana di belantara kalimantan, bersama suku dayak pedalamannya..
Sapto, pasca Aceh, menjadi petambak ikan yang gagal terus panennya...
Yasir jadi peternak bebek...
Om Didi jadi petani bunga + peternak ayam Arab...
Kang Giex jadi penyelam...
Aji jadi tukang bicara keliling tentang transformasi ide...
Ite back ke WALHI...
dan Dino, entah jadi apa...katanya jadi juragan speed boat, tapi boatnya milik orang..
Chipeng lebih baik sedikit nasibnya, karena bisa jadi dosen..
Mira, baguslah bisa jadi pegawai bank...
Om Yani, juga sedikit beruntung bisa jadi pekerja pemerintah...
sementara Tato, jadi pengusaha travel...

kami dari pondok kayu tempat pabrik tahu dan pedagang kecil bermukim..
pernah bercita-cita merubah keadaan negeri...
dulu..ketika idealisme adalah dengan moncong bedil...
silih berganti pondok kayu kami tempati...
dan bara itu pun tercipta...

kini...sekian waktu telah menggerus keadaan...
dan bara itu tetap terjaga...
meski tak lagi semerah kala itu...
tapi, masih tetap terjaga...
hingga generasi baru, mau merawatnya...
merawat di bawah sekam...
sambil sesekali meniupnya, agar ada setitik nyala...
untuk saat dan moment yang tepat...
membakar semua sekam, agar kobarnya menghanguskan yang mesti dihancurkan...

adakah demikian sahabat...
ah semoga saja hanya igauan pagi...
sekedar bernostalgia...

...........................................15 okt'2010................
......tepat di kaki Gamalama.....berharap adanya generasi...
semoga bukan sekedar harapan usang...........................
 

...............!!!.................

oleh Ismet Soelaiman pada 16 Oktober 2010 jam 2:27
 
Malam ini tak mampu kumenulis lepas...bebas...
membiarkan jemariku menari mengikuti alam imaji...
ada benteng yang membendung...
ada kegelisahan yang membuncah...

kata maaf yang lama kucari, hadir sudah ke permukaan bumi...
lama kupandangi layar kecil dihadapanku...
lama...hingga perih mata ini...
3 batang dji sam su habis sudah...
dan ampas kopi yang ku seruput...
tak menyisakan rasa pahit...

Lagi...sang kebisuan merongrong makna...
dan embun pagi pun bertengger di pelupuk mata...
hening...layaknya penghujung malam kemarin...

tengadah langit...
mata terpejam...
nafas berhembus....
.....................................................
......................................................
..................................Terima kasih......
atas segala maaf mu...............................

>> Subuh di kaki Gamalama<<
- Hening Meraup Sejuta Makna -
...........16'okt'2010............
 

:: Maafkan Aku ::

oleh Ismet Soelaiman pada 26 Oktober 2010 jam 3:02
 
Syahdu...
Lengkingan Biola mengadu...
dan Bulanpun bersinar terang diatas jagad Maluku Utara...
1/4 pagi, langit bergemerlap bintang...
Perlahan...,angin berhembus..
Piano pun berdenting...
Gamalama bertudung awan...

Senyap seribu kata...
Hening..dalam diam...terserap sejuta makna...

Lengking...Lengking...Lengking...Biola terus mengadu...
Subahanallah...Ku tersungkur memeluk bumi...
"Dan nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan...???"
Subahanallah...Aku terpekur mendekap senyap...
Tafakkur...mencoba prosesing Purifikasi...

"Dan nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan..???"
Subahanallah...Maha suci Zat sang Causa Prima...

Diatas sana...
segerombolan awan bergerak...Menyelimuti rembulan...
Pendar cahayanya...Ciptakan lingkaran...
Malam ini, Cincin rembulan hadir kembali...

Dedaunan melambai, terhempas semilir angin..
Satu-satu, semburat kenangan melompat keluar...
Menari, mengoyak hening ku...
Lengking melengking...Denting biola dan piano mengadu...
Diam ku sirna...
Bayang itu hadir kembali...Menoreh senyum...
Dalam duka daku terpekur...Cahya bulan meredup...
Maafkan aku..
Papa...

................Selasa, 26 oktober 2010.....
1/4 pagi di kaki Gamalama....................
 

TANAH KAMI !!!

oleh Ismet Soelaiman pada 11 November 2010 jam 20:22
 
Itu yang kami butuh...
Jika kau rampas lagi, pasti kami LAWAN !
Meski kami tahu, kau punya bedil dan peluru...
04 november 2010...
Bedil mu meletus lagi, dan 4 orang tani terkapar...
di sana, di Treng Wilis - Lombok Timur...
Mundur kah kami...
Terbirit-birit kah kami, dengan letusan bedilmu ?
Tentu TIDAK !!!
Kau Pasti Kami LAWAN !
Terus...dan Terusss...
Karena Tanah...
adalah tanah kami...
08 november 2010...
Bedil mu lagi, dan lagi, kau letuskan...
di sana, di Jambi, 1 Tani Sanyerang meregang nyawa...
3 Tani lainnya kritis...dijejal peluru tajammu...
Kami Kaum Tani, tak mundur...
Tak kan pernah mundur...
Karena kami rakyat Tani...
Tanah itu....
Tanah Kami...
Kaum Tani...
Yang Ingin Merdeka...
Di Negeri sendiri !!!
-----Dari Negeri Kecil Berpulau----
Untuk Korban Treng Wilis dan Sanyerang
Kami KUTUK tindakan represifitas aparat
Kami dukung perjuangan kawan-kawan
tuk rebut kembali tanah kaum tani.........
Salam Hormat Kami untuk para korban....

(Itevsky-penghujung pagi, 09112010)
 

Siaran Pers WALHI

Perusahaan Tambang Eramet-Weda Bay Nikel Memenangkan Pinokio Award di Perancis
Jakarta (11 November 2010) Masyarakat Perancis memilih perusaahan Eramet yang sedang tengah mengembangkan proyek penambangan nikel di kawasan hutan lindung yang kaya keragaman hayati sebagai perusahaan terburuk Perancis dalam aspek lingkungan pada tahun 2010.  Pengumuman pemenang Pinokio Award ini dilakukan di Paris, 9 November 2010.
Di samping Eramet, perusahaan lainnya yang terpilih adalah Somdiaa anak perusahaan Vilgrain sebagai perusahaan pelanggar HAM terburuk,  Perancis dan Bank Crédit Agricole sebagai pelaku "greenwashing" terburuk, yakni penyalahgunaan argumen lingkungan dalam iklan dan pemasaran kampanyenya, mengklaim telah mengadopsi posisi yang mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan, padahal terus berinvestasi di bahan bakar fosil.
Harian Perancis Le Monde menyatakan “perusahaan telah berbicara tentang pembangunan berkelanjutan tanpa khawatir tentang konsekuensi lingkungan dan sosial yang merugikan akibat kegiatan mereka”. Untuk alasan ini, tiga perusahaan Perancis, yakni Somdiaa, Credit Agricole, dan Eramet telah dianugerahi hadiah Pinokio Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2010, setelah hampir 6000 suara pemilih terkumpul
Terpilihnya Eramet-Weda Bay Nickel Perancis sebagai perusahaan paling buruk dalam hal lingkungan oleh masyarakat Perancis sendiri, diharapkan oleh WALHI sebagai pendorong kepada Pemerintah Indonesia untuk membatalkan proyek penambangan yang ada di kawasan hutan lindung di Pulau Halmahera ini. Disamping memperburuk kerusakan lingkungan di pulau seluas 26,900 km persegi yang telah berjasa bagi dunia lewat Alfred Russel Wallace sebagai tempat penelitian menghasilkan teori evolusi, memiliki jenis-jenis spesies yang endemik, yang khas yang hanya terdapat di pulau tersebut. Disamping itu, proyek tambang dipastikan akan membuat buruk kondisi lingkungan yang berpengaruh kesehatan masyarakat setempat, seperti tercemarnya sungai-sungai yang terdapat di kawasan tersebut.
Bank Dunia Terlibat
WALHI bersama organisasi Non Pemerintah lainnya, seperti Kiara, Jatam, KAU juga mengecam keterlibatan Bank Dunia/MIGA dalam memberikan asuransi resiko politik bagi proyek tambang ini sebesar 230 juta dollar A.S. Kelompok masyarakat tersebut menilai proyek tambang ini telah bertentangan dengan aturan-aturan yang dibuat oleh Bank Dunia sendiri (Performance Standard), dalam hal perlindungan lingkungan, keragaman hayati, situs-situs masyarakat lokal, dan penduduk asli. Bank Dunia kerap mengkampanyekan kepeduliannya terhadap bahaya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, namun terlibat dalam proyek tambang yang merusak hutan asli.

Menanggapi keberatan organisasi ini, Bank Dunia telah mengirimkan lembaga pengawasnya (Ombusdman) untuk melakukan penilaian di lapangan. Hasil penilaian lapangan tersebut akan diumumkan pada 20 Januari 2011.
Informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:

Berry Nahdian Forqan, Direktur Eksekutif Nasional WALHI,08125110979
Ismet Sulaiman, Direktur WALHI Maluku Utara,08524032935
Pius Ginting, Pengkampaye Tambang dan Energi WALHI,01932925700

ADA PT. WBN di JAZIRAH GAMRANGE

Surat Terbuka Buat PEMDA HALTENG
Oleh : Ismet Soelaiman
Direktur Eksekutif WALHI MALUT

Halmahera Tengah, yang dulunya dikenal dengan sebutan Jazirah Gamrange, kaya akan potensi sumberdaya alamnya (SDA), baik di daratan, maupun pesisir laut. Di wilayah darat, potensi SDA seperti hutan, tanaman Pala dan Cengkeh, serta sumberdaya mineral seperti nikel dan emas, masih merupakan sektor andalan bagi pendapatan daerah. Sementara, pesisir laut HALTENG yang lebih luas arealnya dibanding daratan, merupakan daerah ruaya untuk jenis ikan pelagis seperti Tuna (Thunnus sp), dan cakalang (katsuwonus pelamis), masih menjadi anak tiri pembangunan yang tidak dikelola dengan maksimal oleh pemerintah daerah.

Kekayaan alam di wilayah HALTENG, khususnya tambang, mengundang kehadiran beberapa “monster” investor pertambangan, misalnya PT. Aneka Tambang (ANTAM) dan PT. Weda Bay Nickel (WBN), untuk melakukan ekspansi modal kewilayah ini. Hal ini sangat berimplikasi signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat tempatan. Selain aspek yang katanya “positif”, dalam bentuk devisa bagi PAD, kehadiran investasi pertambangan ini justru lebih menimbulkan dampak negative bagi kehidupan masyarakat lokal, yang banyak menggantungkan kehidupannya di sektor pertanian dan perikanan.

Mari Kenali Sang Monster
PT. Weda Bay Nickel (WBN) adalah pemegang Kontrak Karya (KK) generasi VII, untuk penambangan bijih nikel di Kabupaten Halmahera Tengah (HALTENG) dan Halmahera Timur (HALTIM). WBN memiliki deposit kedua terbesar di dunia untuk persediaan nikel, dan diharapkan menjadi pengganti pengurangan cadangan nikel di Kaledonia. Sebelumnya, pemegang saham penuh Erament (Perancis), telah menyelesaikan pertambangan nikel di Kaledonia pada tahun 2007.

WBN mengantongi izin KK, Nomor: SIPP/341/2012/DJP/1996, dengan masa ijin yang berlaku sejak tahun 1999 – 2029. Pemegang saham WBN adalah; Erament S.A (Perancis) sebesar 56,6%, Mitsubishi Corp (Jepang) sebesar 33,4%, dan PT. ANTAM (Indonesia) sebesar 10%. Dengan luasan wilayah konsesi sebesar 54.874 Ha, termasuk didalamnya penambangan bijih nikel dan kobalt serta areal pembangunan pabrik.

Kegiatan eksplorasi yang telah dan sedang dilakukan oleh WBN hingga saat ini telah menunjukkan adanya sumberdaya bijih nikel ± 345 juta ton berat kering. Jumlah ini dapat mendukung kegiatan pertambangan WBN dengan target produksi nikel ± 70.000 ton/tahun, dan kobalt ± 5000 ton/tahun. Sumberdaya bijih nikel ini mencukupi untuk mensuplai penambangan dan pengolahan nikel PT.WBN selama 30 tahun dengan potensi kelanjutan operasi selama 20 tahun lagi.

Investasi Pertambangan dalam Catatan Buram
Dalam catatan WALHI MALUT, kehadiran investasi pertambangan ini justru sering memicu terjadinya konflik, baik antara masyarakat dengan masyarakat, maupun masyarakat dengan perusahaan. Misalnya, bulan februari 2010, terjadi insiden penembakan yang dilakukan oleh oknum aparat Brimob terhadap aksi protes warga yang menduduki kantor PT. ANTAM di pulau Gebe.

Konflik tapal batas antara warga Desa Lelilef Waibulan dan Lelilef Sawai, konflik ini dipicu akibat rencana pembebasan lahan oleh PT. WBN di areal perbatasan ke dua desa tersebut. Selain itu, ketakutan sebagian warga akan dampak lingkungan dan kesehatan akibat dampak pertambangan, menimbulkan pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat. Kecemburuan sosial juga tercipta, akibat proses perekrutan tenaga kerja yang menurut sebagian warga tidak berimbang. Hal ini tentunya membuka peluang konflik di tingkatan masyarakat semakin terbuka lebar.

Sementara, di Halmahera Utara, pada akhir tahun 2004, seorang warga yang melakukan aksi penuntutan tanah adatnya di Toguraci, lokasi produksi PT. NHM, terpaksa harus meregang nyawanya di ujung moncong bedil oknum aparat. Kini, masih nyata dan bisa kita tengok bagaimana keterpurukan ekonomi warga Desa Balisosang akibat hancurnya areal perkebunan mereka yang berada di seputaran lingkar tambang PT. NHM. Warga Balisosang sudah tidak berani lagi mengkonsumsi air dari Sungai Kobok, yang merupakan sumber air di perkebunan warga. Hal ini dikarenakan, menurut Warga Balisosang, kondisi dan kualitas air sungai sudah tidak lagi sama seperti dulu sebelum PT. NHM beroperasi. Imbasnya, terjadi penurunan pendapatan warga, akibat sudah tidak bisa lagi berada lama di perkebunan. Efeknya, terjadi pada sektor pendidikan, beberapa anak terpaksa putus sekolah karena kekurangan biaya.

Di Sulawesi Utara, masih segar dalam ingatan kita, bagaimana warga Buyat Pante yang terusir dari kampung halamannya sendiri akibat laut tempat mereka menggantungkan sektor ekonomi, dijadikan tempat pembuangan limbah tailing dari PT. Newmont Minahasa Raya. Atau, kasus Lumpur Lapindo di Sidoarjo, yang hingga kini masih terus menyemburkan lumpur panasnya, dan menggenangi ribuan rumah serta sarana ibadah. Ribuan orang kehilangan rumah dan pekerjaan, serta terkatung-katung nasibnya, di kotak-kotak kecil pengungsian.

Hal-hal tersebut diatas, hanyalah sekelumit catatan buram yang terjadi ketika sebuah monster investasi pertambangan menancapkan kuku eksploitasinya di suatu wilayah. Menelusuri jejak buram kawanan monster pertambangan, tentang bagaimana proses masuknya sebuah investasi pertambangan hingga berakhirnya proses penjarahan dilakukan, kita bisa menyimak catatan riset yang dikeluarkan oleh Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), tentang apa saja yang akan terjadi, jika pertambangan beroperasi di suatu wilayah.

Mari Bertanya Kepada Siapa ?
Ada beberapa tahapan yang biasanya dilalui oleh sebuah investasi pertambangan dalam melakukan kegiatan proyeknya. Mari kita bertanya kepada “siapa”, bagaimana tahapan tersebut berlangsung.
Tahapan pertama, yaitu pemberian ijin pertambangan. Pernahkah warga di seputaran PT. WBN dimintai ijin, atau minimal diikut sertakan dalam proses awal konsultasi tentang penetapan wilayah kelola adatnya untuk dijadikan wilayah eksploitasi pertambangan WBN ?. Mari lihat fakta di negeri seberang; Suku Amugme dan Komoro (Papua) kehilangan lebih dari 2,7 juta Ha wilayah kelolanya, akibat pemberian ijin KK Freeport pada tahun 1967 dan 1992. KK ditandatangani tanpa sepengetahuan suku-suku pemilik hak ulayat di lokasi tersebut. Adakah hal ini berani dipastikan tidak akan terjadi di masyarakat seputaran tambang PT. WBN ?

Tahapan Kedua, yaitu kegiatan eksplorasi. Pada tahapan ini, perusahaan hendak memastikan wilayah tambangnya menguntungkan atau tidak. Menguntungkan bagi PT. WBN tentunya, bukan keuntungan bagi PEMDA HALTENG. Menurut yang sempat saya baca, katanya di tahapan ini meliputi survey dan studi melalui pengambilan contoh batuan dan tanah, baik di lahan maupun di sungai, pembangunan jalan, pembukaan lahan dan pengeboran. Mari kita lihat fakta; di Palu (SULTENG), PT SPM/Rio Tinto (1997), telah melakukan eksplorasi tambang emasnya secara diam-diam, dan baru diketahui masyarakat Palu 3 tahun kemudian. Lalu, bagaimana dengan PT. WBN di HALTENG. Adakah ia pernah meminta ijin, atau minimal memberitahukan kepada warga di seputaran lokasi eksplorasinya, bahwa tanah dan bebatuan yang notabene merupakan hak ulayat warga, telah mereka utak atik untuk kemudian di jarah ?

Tahapan Ke Tiga, yaitu persetujuan AMDAL. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), bertujuan memberikan pertimbangan kepada pengambil keputusan untuk MENOLAK atau menerima proyek. Sebelum dilaksanakan AMDAL, perusahaan harus mendapatkan ijin bahwa rakyat menerima kehadiran perusahaan. Selanjutnya harus ada partisipasi masyarakat secara lengkap dalam proses AMDAL, tak hanya sekedar menyertakan wakil pemerintah. Jika demikian, lalu bagaimana halnya dengan AMDAL PT.WBN, yang dokumennya saja susah kita lihat rupa dan bentuknya. Adakah warga di seputaran lingkar tambang PT. WBN, pernah melihat atau mengetahuinya ?

Saya hanya ingin menggambarkan, beberapa waktu yang lalu, ada teman-teman mahasiswa asal HALTENG, yang datang di Kantor WALHI MALUT dan meminta dokumen AMDAL PT. WBN untuk mereka foto kopy, sebagai bahan kajian. Kata mereka, sulit untuk dapat mengakses dokumen tersebut. Jika, kalangan intelektual muda kita di HALTENG saja, sulit untuk mengakses dokumen AMDAL PT. WBN, bagaimana dengan warga di seputaran lingkar tambang ? Mau tanyakan ke PEMDA HALTENG, jangan-jangan mereka pun tak memiliki dokumen tersebut. Tanyakan pada siapa ?

Tahapan ke empat, yakni Persiapan dan Pembangunan sarana (Konstruksi), Tahapan Ke lima Proses Produksi, dan Tahapan Ke enam Pengakhiran Tambang (Mine Closer), mungkin lebih tepat jika dibuat dalam Surat Provokasi terbuka kepada PEMDA HALTENG seri II. Lebih tepat karena, baru 3 tahapan awal yang dilalui oleh PT. WBN di Jazirah GAMRANGE, dan banyak dari kita warga HALTENG yang tidak mengetahui gaya dan proses masuknya. Atau mungkin ada yang justru terprovokasi dan mau menulis teori berbungkus fakta tentang tiga tahapan selanjutnya tersebut. Alhamdulillah.

Diakhir tulisan ini, penting juga bagi PEMDA HALTENG untuk mengingat kembali, bagaimana wilayah Gebe, yang telah kering kerontang pasca Mine Closer yang ditinggalkan oleh PT. ANTAM. Bahwa perubahan bentang alam dan krisis air, merupakan salah satu dampak buruk dari pertambangan yang tak bisa dipungkiri. Penggalian dan pengambilan batuan, akan menggusur lahan pertanian, hutan, sumber-sumber air, dan akan membentuk lubang-lubang besar menganga. Hilangnya hutan, akan diikuti dengan hilangnya keaneka ragaman hayati dan mata pencahrian penduduk sekitar, yang bergantung hidup pada sektor pertanian dan hutan. Pada gilirannya akan terjadi krisis air, karena kemampuan tanah menyimpan air berkurang. Dan, disaat bersamaan juga, persediaan air yang ada, akan digunakan oleh perusahaan yang terkenal sebagai industry “rakus” air.

Menjelaskan dan menjawab tahapan-tahapan masuknya PT. WBN kepada warga di Jazirah GAMRANGE, dan berpihak kepada rakyat sendiri, yang dirampas tanahnya, mungkin lebih bijak dibanding harus berdebat tentang penting tidak, PT. ANTAM menambah sahamnya di PT. WBN. Karena kita semua tahu dan mahfum bersama, bahwa PT. WBN itu Kontrak Karya yang dibuat Jakarta, bukan Kuasa Pertambangan yang adalah kewenangan pemerintah daerah. Mungkin pula, perdebatan semu seperti itu, justru menunjukkan kepada publik Maluku Utara, betapa tidak ber-etika nya perpolitikan kita di HALTENG.
Tepat di bawah kaki Gamalama, Surat Provokasi ini kami kirimkan, semoga PEMDA HALTENG, tidak hanya mau menjawabnya kepada warga, tapi juga terprovokasi untuk tidak lagi berdebat soal saham sang monster, tapi justru terpancing untuk berani menolak keberadaan PT. WBN di Jazirah GAMRANGE. Bisakah demikian ? Wallahualam Bisawab.

Walhi Menyoal Pernyataan Menteri LH


Malut Post, 21 Oktober 2010

TERNATE – Statement Menteri Lingkungan Hidup, Gusti Muhammad Hatta yang memberikan labeling warna biru plus (memenuhi standar lingkungan) terhadap PT. Nusa Halmahera Minerals (NHM) membuat Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Maluku Utara merasa geram.
“Jika Menteri Lingkungan Hidup berbicara tentang PT.NHM, semestinya beliau harus turun ke lapangan dan ketemu lebih dulu dengan masyarakat yang berada di lingkar tambang PT.NHM, yang saat ini mengalami penurunan tingkat ekonomi dan kesehatan. Terutama, masyarakat Balisosang yang memiliki areal perkebunan di wilayah sungai Kobok,” kata Direktur Walhi Malut, Ismet Soelaiman kepada Malut Post kemarin (20/10).
Berdasarkan fakta lapangan yang ditemukan Walhi Malut kata Ismet, sungai Kobok sebagai sumber air warga di perkebunan sudah tidak lagi layak dikonsumsi. Hal ini mengakibatkan, terjadinya penurunan pendapatan ekonomi warga, karena tidak bisa lagi lama berada di kebun. “Padahal warga mesti membawa air dari kampung ke kebun, yang jaraknya 13 km,” tuturnya.
Selain itu katanya, adanya aktivitas PT.NHM (Galian C) di sungai Kobok, membuat kekeruhan air semakin tinggi. Selain itu menurut Walhi, PT.NHM merupakan perusahaan yang lalai dalam penanganan pipa tailing di simpang tiga Drop point 3, mengalami kebocoran dan menumpahkan limbah yang diperkirakan sebanyak kurang lebih 102 meter kubik slurry (lumpur cair) yang keluar dari pipa. “Katanya tumpah ke paritan temporary pekerjaan instalasi pipa air buangan limbah domestic (basecamp). Pipa tailing tersebut bocor selama 12 jam,” ungkapnya.
Selanjutnya kata Ismet, Walhi juga menemukan fakta di lapangan bahwa terdapat lokasi tempat penempatan limbah PT.NHM, yang berada di seputaran hutan, yang jalur pembuangannya terhubung langsung dengan sungai Kobok. “Ini dibuktikan dengan hasil tim riset Walhi Malut yang diketuai oleh Muhamad Djunaidi, di lokasi lingkar tambang PT.NHM, tentang kualitas air di sungai Tabobo dan Bora, didapati kandungan sianida (Cn) berada diatas ambang baku mutu. Untuk hasil kandungan logam sianida pada uji sampel air sungai didapatkan berkisar antara 0,011 mili gram per Liter (mg/L) sampai 0,080 mg/L. yang sesungguhnya dimana dalam peratiran pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air untuk kelas II, yang menunjukkan nilai kandungan logam sianida yang diwajibkan dalam baku mutu (standar penilaian) bernilai 0,002 mg/L , ”ungkapnya lagi sembari menunjukkan surat keluhan warga warga pesisir, khususnya nelayan di Teluk Kao yang mengalami penurunan hasil tangkapan, sejak hadirnya PT.NHM yang merupakan salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan.
Dikatakannya pula semestinya fakta-fakta lapangan tersebut diatas, mestinya juga menjadi bagian dari indicator penilaian yang menempatkan PT.NHM sebagai pemegang labeling hitam dalam pengelolaan lingkungan hidup, dan tidak layak mendapatkan labeling biru.
Sementara Deputi II Badan Penyelenggaraan Lingkungan, M.R.Kurliansyah saat ditanya terkait dugaan limbah PT NHM yang sudah lama meresahkan masyarakat lingkar tambang membantah itu bukan disebabkan PT NHM. “Kami tiap periode pantau ya, sampelnya kita ukur semuanya memenuhi mutu. Jadi sampai saat ini air limbahnya memenuhi baku mutu, jadi nga ada masalah,” katanya.
Menurutnya pihaknya sudah melakukan penelitian dan menggunakan laboratorium yang sudah terakreditasi, dan penelitiannya baru dilakukan beberapa tahun silam, dan tahun 2009 PT NHM mendapat label biru. Itu artinya tingkat kepedulian lingkungannya masih baik. “Ini penelitian resmi dan kita menggunakan laboratorium yang terakreditasi. Penelitiannya itu sudah (sejak) tiga tahun lalu. Kalau NHM tahun kemarin peringkatnya biru itu artinya taat. Jadi emisi, air limbahnya taatlah gitu” jelasnya.
Menurutnya pencemaran lingkungan di sekitar PT NHM tersebut adalah bukan dari PT NHM. “Kalau kita lihat daerah sekitar PT NHM itu banyak peti (penambang emas tanpa izin,red), ya kita menduga pencemaran berasal dari peti yang menggunakan merkuri itu,” pungkasnya. (wm-12/iys)