Sabtu, 02 Juli 2011

KELUH

Kosong. Ide melompong. Akhirnya barisan kata meluncur, dan tuts keyboard tertekan. ± 15 menit dalam kevakuman yang menjengkelkan. Diluar hujan masih deras membasuh kaki gamalama. Aliran listrik padam. Bongki dan masri lelap dalam gelap nan dingin yang memagut senja. Sesekali denting gitar dan suara baz mendez memecah kebuntuan. Satu paragraph telah usai, sementara arah belum jua tertuju, dan bentuk masih lah jauh dari samar.

Keluh. Tenggorokan ini tersekat. Dua bungkus rokok, telah habis menemani malam tadi. Kini bungkus ketiga, mulai masuk dan mengotori paru – paru yang sudah melewati paruh waktu ¼ abad. Bait kedua masih jua buram menggariskan langkah tuk mengarah pada sudut bahasan yang jelas. Seperti air, kubiarkan jemari ini mengalir, dan komat kamit bibir mengikuti irama kata. Aku menulis, karena merasa eksistensi tergerogoti oleh labelitas yang tak jua mampu kutuntaskan. Juga keluh atas kemalasan yang sudah melampaui batas control diri.

Dalam gelap sebuah bayang melintas. Kosong. Halusinasi mulai mendominasi. Tak ingin kubangkitkan hayal, karena bosan aku dengan kamuflase ruang semu. Tak mau ku cari topic, tuk sekedar memamerkan ketololan ku dalam memainkan irama kata. Laiknya biduanita, yang molek berlenggak lenggok, bermodal paras yang anggun dan body yang fiuhhh, menarik tatapan kaum pria, lalu menghantarkan mereka dalam buaian hayal yang mengawang. Kata yang berbaris dalam kalimat, dengan ramuan dan racikan sang penulis, mampu membuat nalar kita menghujam dasar terdalam dari imaji. Dan, bait tiga pun usai. Namun KELUH, belum jua mendapatkan arah dan bentuk.

Referensi bacaan semakin minim. Perbendaharaan kata, masihlah yang itu jua. Membaca tak lagi jadi kebiasaan. Kemalasan semakin liar menggerogoti ruang aktivitas keseharian. Eksistensi diri semakin pudar. Satu – satunya yang menopang, tersisa logika yang diandalkan. Sangat terasa, pisau analisis semakin tumpul. Karena landasan teori bertambah suram dan buram, beriring tak ada lagi asupan bacaan – bacaan baru. KELUH ! pada ini, aku hanya ingin mengeluh. Keluh akan stagnasi ide dan pengetahuan, yang lahir sebagai akibat dari kemalasan membaca dan berwacana. Mudah merewind kembali, bara ide itu nyala karena keberadaan tubuh dan diri ditengah – tengah basis bahasan. Ditengah – tengah para tani dan nelayan, senda gurau ditemani kopi serta ubi dan pisang goreng. Itulah factor utama yang membakar bara ide dan semangat tuk mempertajam pisau analisis, serta penambahan perbendaharaan kata dan wacana. Tidak hanya sekedar berhayal diruang 2 x 2, lalu menekan tuts guna menghadirkan barisan kata dalam kalimat yang mawujud menjadi satu tulisan tawaran ide.

Keluh. Dan hujan pun telah usai, seiring dengan Mendez yang pada akhirnya bosan atas sumbangnya suara sendiri. Baterei laptop, yang mengalirkan energy untuk seperangkat teknologi milik Rio, yang mungkin akan menjadi satu mujizat jika sekonyong – konyong aku terlempar ke zaman para nabi dengan benda ini ditangan, mulai mewarning, sebentar lagi ia padam. KELUH. Akhirnya ia padam. Ini energy tersisa. Mari kita belajar untuk memukul keluh, bangkitkan amarah, tuk ciptakan kecerdasan diri. EAuuuuuu. (Ternate, saptu 02 juli 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar