Senin, 06 Mei 2013

DAMAI PAPUA KU

Papua, masih merupakan pengalihan isyu yang seksi dari rezim ke rezim (kecuali kepemimpinan Gusdur). Gusdur pada masa kepemimpinannya, berusaha menyatukan pecahan rasa yang selama 32 tahun diciptakan oleh rezim otoriter Suharto, dengan langkah damai dan persuasif. Sayangnya terlalu banyak faksi, sehingga mudah dipecah belah dengan menyulut rasa perbedaan, yang telah sekian lama terpendam. Amarah dan amuk massa menjadi alasan untuk kembalinya proses represifitas itu dimainkan kembali di tanah Papua. dan Gusdur, Sang Fenomenal itu pun harus ditumbangkan.
Jika Papua terus saja menjadi objek pengalihan isyu atas kebobrokan sistim kepemimpinan di negri ini, kuyakin suatu saat tak mampu dimanage bara sekam itu. Persatuan memang seolah sulit tergapai di bangsa Papua, namun bukan berarti momentum takkan tercipta sebagai triger tuk menuju ke arah sana. 
Saat itu terjadi, dan bisa jadi dengan melihat kondisi Indonesia yang semakin sakit ini, momentum itu kan datang jua, lalu masih adakah kata sakti NKRI itu ?

Damai Papua ku, jangan kalian sakiti yang tak mengerti, mereka hanya mencari hidup, walau rambut dan kulit mereka berbeda dengan kita, mereka juga bagian dari skenario segelintir orang yang duduk nyaman merampok kekayaan SDA kita di pusat kekuasaan, baik di Jakarta maupun di tanah Papua sendiri.
Mereka itulah musuh yang sebenar-benarnya musuh yang harus kita hancur leburkan !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar